Psikologi Sastra

Catatan: Muzzamilah (Psikologi Sastra)


            Psikologi memiliki hubungan dengan disiplin ilmu lain seperti filsafat, sosial, budaya, dan sebagainya. Di samping itu, psikologi memiliki keterkaitan dengan humaniora atau ilmu sastra. Wellek dan Waren (dalam Wahyuningtyas dan Santosa, 2011: 8-9)mengatakan psikologi dalam sastra memiliki empat kategori, yaitu: (1) studi psikologi pengarang sebagai tipe atau sebagai pribadi; (2) studi hukum-hukum psikologi yang diterapkan dalam karya sastra; (3) proses kreatif, serta (4) pengarang dan latar belakang pengarangnya mempelajari dampak sastra terhadap pembaca atau psikologi karya sastra.
            Plato mengatakan bahwa terdapat tiga aspek dalam diri manusia, yaitu berpikir, berkehendak, dan berkeinginan. Aspek-aspek tersebut memiliki ruang tersendiri di tubuh manusia, berpikir menempati ruang di otak, berkehendak mempunyai ruang di dada, dan berkeinginan mempunyai ruang di perut. Keinginan dan akal merupakan bagian dari proses kejiwaan dalam membentuk karakter atau kepribadian manusia.
            Terdapat dua macam hubungan psikoanalisis dengan sastra. Pertama, psikoanalisis adalah suatu metode interograsi tentang psikis manusia yang sepenuhnya di dasarkan pada tindakan mendengarkan kata-kata pasien. Jadi, pemikirannya tentang bahasa bukan suatu akibat yang jauh dari penemuan-penemuannya. Bahasa merupakan alat penyembuh bagi ahli psikoanalisis dan sebagai wilayah observasi. Menurut psikoanalisis sastra mempunyai hubungan-hubungan tertentu dengan arus tak sadar. Kedua, penemuan sastra dan psikoanalisis di dasarkan pada pemikiran Freud, bahwa mimpi fantasi, dan mite sebagai bahan dasar (Milner dalam Wahyuningtyas dan Santosa, 2011: 10). Maka dapat disimpulkan hubungan sastra dan psikoanalisis sangat erat, bahwa sastra merupakan dunia imajiner. Oleh karena itu, teori psikoanalisis dapat dipakai untuk menganalisis karya sastra.

Komentar

Postingan Populer